Kamis, 03 Maret 2011

Kisah Pantai


Jika malam saja tak berbintang dan meredup tanpa bulan,apalagi Aku. Tapi setidaknya mereka adalah pasangan yang serasi. Dan Aku selalu terpuruk jika malam bermesraan. Aku iri. Hmh....Aku sebenarnya adalah pesisir pantai yang selalu tersenyum jika pujaan hatiku menderu bergulung dan menyentuh sepanjang pesisir. Namun segera patah hati saat Ia melambaikan hentakannya pada pepohonan kelapa di belakangku.
Mungkin peribahasa “Pungguk merindukan bulan.”tercipta untukku. Sepanjang masaku selalu mendambakan dirinya yang sangat dekat di depan mataku. Tapi tak pernah sedetik pun Ia pedulikanku. Aku terlalu banyak berharap padanya. Mungkin karena terlalu sering bersama perasaanku menggebu tak karuan. Atau mungkin karena tingkahnya yang manis padaku, Aku terlalu bahagia. Menganggap Ia mencintaiku. Hatinya siapa yang tahu,yang pasti Aku sudah menebak bahwa cintanya untuk pohon kelapa yang menjulang tinggi dengan keangkuhannya dan yang menebar pesona gemulainya. Dan Aku sadari kini sikapku terlalu apatis terhadap pohon kelapa itu.
Cintaku suram. Hanya itu yang ku rasa. Bilakah semua kenyataan cintaku di sambut olehnya? Apakah ini hanya sebuah harap yang tak pernah terwujud? Mentari,yang ku tahu hanya engkau yang menghangatkanku kala pupus semua harapku. Tiap detik ombak bergemuruh,perasaanku tak karuan namun tetap saja dia acuh padaku, tapi hanya engkau yang setia temaniku yang berkawan sepi tanpa gelora cinta di hati.
Terkadang Aku berpikir untuk tetap bersahabat dengan sang ombak tanpa mencampuradukkan masalah hati dalam pertemanan yang terjalin. Tapi, Ya Tuhan... semakin Aku mencoba sapaan lembut dirinya semakin rapuh hatiku ini. Dalam kemegahan atraksinya, benih cinta itu semakin dalam menembus batas kedalaman cinta ini. Sahabatku mentari bantu Aku meredakan semilir cinta yang merasuk kalbu ini. Dan kini Aku kecewa lagi, sang ombak  melirik ke belakangku. Tepatnya kepada pohon kelapa itu yang menjulang tinggi dengan pesonanya yang menebarkan senyum.
Kalau saja Aku boleh meminta kepada Tuhan, Aku ingin melepaskan seluruh hasrat cinta ini segera mungkin. Karena jika terlalu lama kupendam cinta ini semakin Aku terpuruk menyaksikan pemandangan cinta yang tak berpihak padaku. Walau terlintas dalam benakku ingin memillikinya, namun jka dia bukan tergaris untukku, Aku takkan memaksa takdir. Jika Aku harus berpaling darinya dan menemukan yang tertulis buatku, Aku merelakan dirinya. Mencoba membuka mata hatiku dan melalangbuana di sepanjang pantai ini menemukan seseorang. Mungkin saja dia sebenarnya di sekitarku,namun Aku terlalu sibuk dengan kecemburuan dan harapan yang sia-sia pada dia, masa laluku.
Namun,biarkan semua mengalir seperi air dan menemukan muara yang tepat sebagai pelabuhan terakhir. Bukan berharap bermuara ke sungai Niagara kalau Tuhan inginkan mengalir dan bermuara di sungai Kapuas.
Kepada ombak tercinta.... Aku ingin mengakhiri cinta padamu. Sahabatku mentari,temani Aku menghadapi hari sepi tanpa mencintai. Hanya berpasrah pada Tuhan. Pohon kelapa yang anggun dan mempesona, cintai dia setulus hatimu. Aku masih pesisir pantai di pantai yang sama, namun... esok Aku akan hadir dalam lembaran baru tanpa kekaguman pada sang ombak atau iri pada pohon kelapa yang di mabuk cinta. Esok Aku hadir ditemani mentari dan melanjutkan malam yang dingin dan sepi sembari bermandikan cahaya bulan yang bercinta bintang.
Selamat tinggal cinta lamaku, selamat datang lembaran baruku.

      
            "Ap yg km suka dari nya?"
... Satu detik.. Dua detik.. Tiga detik..
"mata nya" ... "mata teduh dan tenang. Mata yg membuatku tenang.. Kadang jika kepenantan itu muncul, dengan melihatnya semua nya menjadi lebih baik. Meskipun dia tak melihat ke arahku" ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar